Minggu, 03 November 2019

Kabupaten Sampang




kabupaten-sampang
Gapura Kab. Sampang



         Kabupaten Sampang merupakan kabupaten yang berada di sebelah barat kabupaten Pamekasan, pulau Madura yang memiliki luas wilayah ± 1.233,30 Km2, terdiri dari 14 kecamatan dari 6 kelurahan dan 180 Desa. Kecamatan Banyuates yang luasnya sekitar 141,03 Km2 atau 11,44 % yang merupakan Kecamatan terluas, sedangkan Kecamatan terkecil adalah Pangarengan dengan luas hanya 42,7 Km2 (3,46 %).

Secara geografis, Kabupaten Sampang terletak di antara 113o 08’ - 113o 39’ (BT) dan 6o 05’ - 7o 13’ (LS). Kabupaten Sampang terletak ± 100 Km dari Surabaya, dapat di tempuh memlalui jalur darat yakni melewati Jembatan Suramadu kira-kira 1,5 jam atau melalui jalur laut dengan transportasi kapal Feri kurang lebih 45 menit, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat ± 2 jam.

         Sejarah Kota Sampang dikenal dari prasasti Sangkala Chandra, sebagaimana dalam tradisi Jawa yang memiliki arti ("suatu representasi visual yang berisi hukum empat kata, masing-masing kata menghasilkan angka, hal ini terkait dengan awal mula penggunaan penanggalan Saka").
Pertama kali ditemukannya Candra Sangkala di desa Dalpenang, dengan membaca angka 757 Saka atau 835 Masehi itu menandakan bahwa adanya ajaran Budha kuno yang dipimpin oleh Resi, Nandi banteng adalah vahana atau kendaraan Dewa Shiwa.







kabupaten-sampang
Monumen kab. Sampang



         Candra Sangkala kedua ditemukan di desa Kamoning Kabupaten Sampang, yang dibaca sebagai Saka 1301 atau 1379 Masehi. Hal itu ada kaitannya dengan ajaran Budaha yang dipimpin oleh seorang Resi bernama, Durga Shiva Mahesasura Mardhini. Pada tahun 1383, ditemukan lagi Candra Sangkala ketiga di Pangeran Bangsacara, desa Polagan, saat membangunan sebuah kuil Buddha yang ber-relief, menceritakan kisah seorang pangeran bernama Bangsacara dan berisi pesan moral dan ajaran agama Budha. Sehingga kita dapat tarik kesimpulan keberadaan masyarakat Shaivite dan ajaran Buddha kuno di kabupaten Sampang antara tahun 1379 sampai 1383.

Pada tahun 1574, ditemukan kembali Candra Sangkala keempat, yang menunjukkan tanggal kematian pangeran Santomerto, paman Praseno. Candra Sangkala kelima ditemukan di sayap kiri, portal utama makam ibu Praseno di Madegan, hal ini melambangkan naga melalui kepala sampai ekor dengan panah, melambangkan tahun 1546 Saka atau 1624 Masehi. Peristiwa ini merupakan tahun dimana Praseno diangkat oleh Sultan Agung, dengan gelar Pangeran Cakraningrat I.

      Dari temuan prasasti tersebut, Pemkab Sampang mengadakan seminar penentuan hari jadi Kabupaten Sampang, dari hasil seminar tersebut tidak ada sumber yang kuat tentang asal mula Kota Sampang. Menurut H.J. De Graff ahli sejarawan asal Belanda ini, ("meskipun prasasti Pangeran Santo Merto yang disertai tulisan itu belum tentu jadi sumber yang kuat tentang asal mula Kota Sampang"). Setelah lama beradu argumen dan pengkajian ilmiah secara mendalam, akhirnya situs Makam Rato Ebuh yang ditetapkan sebagai acuan untuk menentukan hari jadi Kabupaten Sampang.




Baca juga artikel selengkapnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hallo,,,

Selamat datang di blog kami, selamat membaca artikel sekilas tentang seputar pulau Madura, dan sekitarnya.

^Terimakasih telah berkunjung ke blog kami^